Tidak terasa bulan Agustus telah datang, bulan dimana kita akan memeringati HUT Indonesia yang ke-65 dan bulan dimana umat muslim sedunia akan mengawali puasa Ramadhannya. Namun, bagi UB nation (bangsa UB), bulan Agustus memiliki arti tersendiri karena di bulan ini mereka harus menyambut MaBa-Maba sebagai bagian dari keluarga besar civitas akademika Universitas Brawijaya dan mempersiapkannya sebagai penerus perjuangan mahasiswa yang sampai saat ini –alhamdulillah-nya− masih mengaku sebagai agent of change.
MaBa-MaBa yang dimaksud di sini adalah Mahasiswa Baru, bukan plesetan-nya yang bisa berarti Mahasiswa Basi –refers to mahasiswa lama− atau Mahasiswa Bau –refers to aktivis mahasiswa yang umumnya jarang mandi−. Maba-maba ini akan diperkenalkan seputar kehidupan kampus selama satu semester oleh kakak-kakak tingkat mereka di tiap fakultas yang dikemas dalam suatu rangkaian kegiatan yang bernama Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKK Maba). PKK MABA ini dapat berbeda nama antara fakultas yang satu dengan yang lain sesuai dengan visi dan misi yang diusung oleh panitia PKK MABA di masing-masing fakultas.
Pada umumnya, PKK MABA ini terdiri dari ORDIK (Orientasi Akademik), ORMAWA (Orientasi Mahasiswa), dan KRIMA (Krida Mahasiswa), yang mana kegiatan-kegiatan tersebut harus diikuti oleh seorang Maba apabila ia ingin mendapatkan sertifikat kelulusan PKK MABA yang nantinya berguna dalam pengajuan beasiswa dan ujian komprehensif (skripsi). For your information too, sejak tahun 2009 lalu, telah diselenggarakan PKK MU (Maba Universitas) yang sebenarnya dilatarbelakangi oleh keinginan sebagian mahasiswa agar ikatan emosi yang ditimbulkan setelah PKK MABA ini tidak hanya lingkup fakultas tetapi juga merambah hingga lingkup universitas.
Seharusnya, tujuan dari PKK MABA ini harus kita revitalisasi bersama. Tidak hanya mengakrabkan maba dengan teman baru dan kegiatan kampusnya agar mereka lebih mudah beradaptasi, akan tetapi juga mencetak para mahasiswa baru ini menjadi para pemimpin masa depan yang memiliki jiwa entrepreneur sehingga selaras dengan jargon yang diusung UB sendiri. Seperti yang diketahui bahwa entrepreneur itu tidak hanya ada di dunia bisnis saja, namun juga di bidang lainnya karena pada hakikatnya entrepreneurship adalah kemampuan seseorang untuk mendukung dan menginvestasikan sumber-sumber yang dimilikinya seperti waktu, energi, reputasi, dan dana, untuk mendapatkan suatu posisi dan gain di masa mendatang yang sudah diantisipasi apakah itu berbentuk materi, manfaat, atau sebuah dukungan (Kingkon dalam Muhammad, 2008).
Lantas, untuk mendukung hal itu, hendaknya PKK MABA ini digunakan sebagai wadah untuk menanamkan sifat-sifat entrepreneur seperti keberanian mengambil resiko, kedisiplinan, kejujuran, kerja keras, keinovatifan, dan keramahan. Sifat-sifat tersebut bisa diakses oleh mahasiswa jika ia berkecimpung dalam sebuah organisasi. Hal ini dikarenakan dengan mengikuti organisasi, softskill mereka akan terasah melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh organisasi tersebut. Oleh karena itu, di event tahunan ini hendaknya pihak rektorat mempermudah sahabat-sahabat Unitas untuk menghelat Open House Universitas yang tahun lalu terjadi kevakuman.
Di era globalisasi yang penuh persaingan ini, apabila seorang mahasiswa ingin menjadi seorang pemimpin yang berdaya saing dan berguna bagi Negara, wajib bagi mereka untuk mengembangkan Soft skills, ICT skills, dan Language skills-nya selain juga tetap mengembangkan hard skills-nya. Hardskills yang dimaksud adalah kemampuan mahasiswa untuk menguasai bidang ilmu yang ditekuninya selama di perkuliahan. Keempat skills ini tentu juga harus disinergikan dengan nilai-nilai agama yang diyakini oleh setiap mahasiswa karena pengembangan diri yang hanya menekankan pada aspek kompetensi saja akan menimbulkan krisis moral yang luar biasa. Avin F. Helmi dalam bukunya yang berjudul Model Mahasiswa yang Berdaya Saing menyatakan apabila mahasiswa sudah mampu menyinergikan keempat skills di atas dengan nilai-nilai agama yang mereka yakini, maka mereka telah menemukan esensi dari proses belajar, yaitu belajar tentang ilmu pengetahuan dan belajar tentang ilmu kehidupan (life skills).
Lulusan yang berdaya saing, tidak hanya dibekali dengan kompetensi saja, tetapi juga harus memiliki karakter. Arvan Pardiansyah (2003) mengatakan bahwa orang berkarakter adalah orang yang arah hidupnya senantiasa digerakkan oleh nilai-nilai kemanusiaan seperti integritas, kesederhanaan, dan kejujuran. Maka dari itu, peran para mentor dalam PKK MABA ini sangat penting sekali karena mereka berperan juga sebagai talent scout yang akan mencari bakat dan mengarahkan minat new generation in UB state to the right path. Dalam hal ini, BEM Fakultas juga harus berperan aktif, apabila ia ingin dilihat tidak hanya sebagai penyetuju acara-acara LOF, maka BEM harus sering membuat acara yang atraktif yang mampu meningkatkan skill mahasiswa. Misalnya saja membuat seminar entrepreneurship, diskusi-diskusi yang sifatnya rutin ataupun momentum, personality training, kursus bahasa asing, kursus multimedia, dan pentas seni.
Khusus dalam PKK MABA kali ini, BEM diharapkan bisa mengoordinasikan segenap panitia untuk tidak melakukan kekerasan secara fisik ataupun verbal kepada para maba yang masih imut ini. Sudah seharusnya kita menyambut penerus kita dengan sebongkah senyuman, Bukan justru bentakan-bentakan yang secara kodrati kita semua tidak menginginkannya.
I Ren .
0 comments:
Posting Komentar